Selasa, 18 November 2014

Bertanya pada Ustadz Google: Telaah ringkas tentang cyber religion

Beberapa hari yang lalu, dosen saya membawa cyber religion sebagai tema diskusi di dalam kelas. Menarik sekali, kata cyber saat ini telah banyak digunakan sebagai tambahan kata lainnya. Cyber bullying, cyber crime, cyber academy, cyber law, tapi saya tidak pernah menyangka bahwa ada cyber religion. Hal ini membuktikan begitu besar dampak dunia cyber terhadap dunia nyata. Sampai-sampai kita dapat melakukan aktifitas keagamaan di dunia cyber.
Apa salahnya melakukan aktifitas keagamaan di dunia maya? Dosa? Apakah salah menjadikan Google sebagai ustadz yang siap menjawab pertanyaan seputar agama? Muncul begitu banyak pertanyaan tentang cyber religion ini dibenak saya. Walaupun zaman nabi dahulu belum ada komputer apalagi teknologi internet, menurut saya melakukan aktifitas keagaaman atau belajar ilmu agama melalui media internet bukanlah bid’ah. Bagi masyarakat yang memiliki pengetahuan agama terbatas, Google telah menjelma menjadi ustad yang dapat merujuk kepada berbagai situs keagamaan yang siap menjawab pertanyaan kita. Intinya ustad Google sangat praktis, cepat dan bersifat kapanpun, dimanapun.
Sayangnya, berdasarkan pengetahuan saya dibidang perpustakaan dan informasi, tentu saja aktifitas beragama melalui dunia maya perlu dikaji ulang. Menurut saya aktifitas keagaaman di dunia maya sah-sah saja dilakukan selama tidak menyinggung SARA. Perihal belajar ilmu keagamaan melalui internet, sepertinya perlu ditelaah lebih jauh, kenapa? Karena di Indonesia literasi informasi dalam menggunakan internet belumlah ditanamkan secara baik dan luas. Padahal kita tahu beberapa situs keagamaan terkenal yang ada di Indonesia memiliki kecenderungan (bersifat radikal sampai bersifat sekuler) sehingga jika kita tidak dapat meliterasi informasi tentu kita hanya akan menjadi follower salah satu situs tanpa tahu apa makna sebenarnya dari situs yang kita ikuti. Menjadi follower bukanlah sesuatu yang buruk ketika kita memang memiliki dasar hukum yang jelas, tapi jika kita menjadi pengikut fanatik dan tidak bisa menjelaskan dasar  hukum yang jelas tentunya akan berbahaya.
Siapa yang dapat menjamin bahwa semua informasi agama yang ada di Google itu 100% benar? Siapa yang menjamin bahwa ustad Google dapat membantu kita untuk selamat dunia akhirat? Tidak ada. Masalah agama merupakan masalah yang krusial, bahkan tidak jarang jika banyak konflik terjadi akibat persinggungan dengan masalah agama. Internet sebenarnya membuka kesempatan bagi kita untuk belajar agama lebih luas, sayangnya ketika kita tidak mampu memilih informasi yang tepat kita sendirilah yang justru akan tersesat. Disinilah pentingnya kita meliterasi informasi mengenai cyber religion, supaya kita tidak tersesat. Bagaimana kita meliterasi informasi keagamaan di internet?
1.      Pastikan situs yang kita buka mencantumkan nama pihak yang bertanggungjawab terhadap konten yang dibuat.
2.      Jangan mudah percaya dengan nama besar seorang ulama di dunia maya, terkadang ada beberapa situs yang mencatut nama seseorang hanya untuk mengambil keuntunga. Pelajarilah lebih lanjut.
3.      Pastikan juga nama pihak yang bertanggungjawab itu ada bukan fiktif.
4.      Jangan langsung percaya terhadap satu konten dalam suatu situs, periksa kembali konten yang sama di beberapa situs yang berbeda (supaya mendapat perbandingan yang seimbang).
5.      Setelah membaca suatu konten di Internet berdiskusilah dengan teman, saudara atau guru yang juga mengetahui permasalahan tersebut.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hal yang utama adalah tidak semua informasi di dunia maya kita telan mentah-mentah, apapun itu isinya. Tidak hanya terkait tema cyber religion.

Isya Ganggi mengatakan...

iya,,, sayangnya masih banyak orang awam yang menelan informasi di internet secara mentah :)

Posting Komentar

 
;